Indahnya Ukhuwah Manisnya Iman
Indahnya Ukhuwah Manisnya Iman
(Risalah Buat Saudariku)
Saudariku Fillah…
Malam semakin larut, suasana semakin sunyi, yang terdengar hanya
suara jangkrik, sesekali desiran angin menerpa pepohonan dan satu dua
makhluk Allah terjaga dari tidurnya. Jarum jam yang berdetak semakin
menambah kesenyapan malam dan mataku belum lagi dapat terpejam.
Masih terngiang dengan jelas
semua ucapanmu dan masih melekat dengan kuat ekspresi
wajahmu…Hhffff…hampir saja kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga
dalam hidup kita.Yang akan menjadikan bumi terasa sempit, dada terasa
sesak, langkah semakin berat dan tubuhpun lemah tak bertenaga.
Saudariku… tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Tak teringat lagi
telah berapa lama kita berkumpul dalam persaudaraan ini. Semangatmu,
tutur katamu, tatapanmu dan juga senyummu sering menjadi cermin bagiku
tuk tetap tegar dalam melangkah di jalan ini. Kebahagiaan yang kau
rasakan adalah kebahagiaanku juga, kesedihanmu adalah kesedihanku dan
lemahnya dirimupun dapat melemahkan diriku.
Tak heran jika dalam sebuah hadist
dikatakan: “Orang mukmin itu ibarat satu tubuh, apabila ada anggota
tubuhnya sakit maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya.” Dalam
riwayat yang lain juga dikatakan:” Tidak beriman seseorang dari kalian
hingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya.”
Saudariku, betapa banyak riwayat
dari Rosulullah yang menganjurkan kita untuk senantiasa menjaga ukhuwah.
Sebagaimana juga dalam riwayat berikut:” Barangsiapa yang hendak
merasakan manisnya iman, hendaklah ia mencintai saudaranya seperti ia
mencintai dirinya sendiri”. Di dalam Al Qur’anul Karimpun Allah Azza wa
Jalla mengatakan; “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.”
Maka sudah seyogyanya kita senantiasa meletakkan persaudaraan itu diatas
yang lainnya. Mengutamakan ukhuwah dari kepentingan pribadi adalah
ciri dari seorang mukmin yang baik akhlaknya. Bahkan ketika kita melihat
sejarah para sahabatpun banyak yang memberikan teladan akan indahnya
ukhuwah yang mereka jalani. Masih ingatkah kita akan kisah Abdurrahman
bin Auf ketika hijrah ke Yatsrib tanpa membawa sepeserpun kekayaannya
dari Makkah, oleh seorang sahabat Anshar beliau ditawari untuk
mengambil sebagian hartanya, bahkan isterinya sekalipun akan
diceraikannya dan akan dinikahkan dengan beliau. Juga kisah tiga orang
sahabat pada perang Uhud, mereka lebih mengutamakan yang lainnya
daripada dirinya sendiri yang sangat membutuhkan seteguk air dan
akhirnya mereka semuanya syahid tanpa meminum air setetespun. Dan masih
banyak lagi kisah indahnya ukhuwah diantara para sahabat yang kesemuanya
mengajarkan pada kita betapa pentingnya nilai dari persaudaraan ini.
Saudariku…Persaudaraan karena
Allah yang dilandasi semangat ta’awun dan tanashshuh (saling menolong,
mengingatkan atau menasehati)ini insyaAllah akan abadi.
Bahkan Allah Ta’ala akan memberikan
naunganNya pada saat tidak ada lagi tempat bernaung selain naunganNya,
yaitu di padang Mahsyar kelak. Orang-orang yang bercinta dan bersaudara
karena Allah, disediakan bagi mereka mimbar-mimbar dari cahaya.
Sebaliknya, persaudaraan tanpa dilandasi keimanan pada Allah akan mejadi
musuh satu sama lain,seperti yang digambarkan Allah Ta’ala dalam
firmanNya:
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya.” (Qs.Abasa;34-36)
Semua persaudaraan dan
persahabatan, baik karena nasab (keturunan), harta, jabatan dan
kepentingan duniawi lainnya akan musnah dan bercerai berai jika tidak
dilandasi persaudaraan karena Allah.
Saudariku Fillah, jalan dakwah yang
terbentang dihadapan kita masih panjang. Jalan ini adalah jalan
kesusahan dan kesabaran yang berujung pada kebahagiaan. Pengorbanan demi
pengorbanan senantiasa dituntut agar dapat istiqomah di jalan ini.
Pengorbanan yang meliputi tenaga, waktu, fikiran, perasaan bahkan jiwa
dan raga sekalipun merupakan sesuatu yang telah ditetapkan Allah. Para
Nabi dan shiddiqin, orang-orang terdahulu dari umat ini, telah
meninggalkan jejak pengorbanan yang luar biasa bagi kita. Namun dibalik
kekuatan kita menghadapi tantangan dakwah ini, kita membutuhkan ukhuwah
dan persaudaraan. Ukhuwah yang akan membuat kita kuat dan istiqomah.
Dalam Al Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
Berpegangteguhlah kamu pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…”
Saudariku…Kita membutuhkan
persaudaraan yang kuat, ukhuwah yang utuh dan tidak mudah goyah apalagi
hanya karena prasangka belaka. Berbaik sangka adalah modal utama dalam
menjaga ukhuwah kita. Kita hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan. Apa yang terjadi diantara kita adalah sesuatu yang
sunatullah. Ada-ada saja hal yang akan menguji kesabaran dan keimanan
kita. Ketika ada masalah diantara kita, marilah kita selesaikan dengan
musyawarah dan kekeluargaan. Jangan sampai buruk sangka membuat kita
kehilangan kesabaran dan akal sehat kita. Buruk sangka hanya akan
membakar emosi kita, menggerogoti iman kita dan menyakitkan hati kita.
Sehingga persaudaraan akan berubah menjadi permusuhan, kedengkian, dan
memunculkan rentetan penyakit hati lainnya.
Jika ada hal yang mengganjal, atau
datang seseorang membawa berita yang tidak mengenakkan, segeralah kita
mentabayyun (memperjelas) masalah tersebut langsung kepada sumbernya
(QS.Al Hujurat; 6) Jangan sampai kita menjadi tentara-tentara syetan
untuk Qiila wa Qoola, menceritakan aib saudara kita tanpa memperjelasnya
terlebih dahulu. Jika sekiranya berita tersebut benar, berarti kita
telah membantu saudara kita untuk mengingatkannya dan memperbaikinya
dari kesalahan. Dan cukuplah aib saudaramu hanya bagi dirimu seorang.
Sebab kitapun berharap agar aib kitapun hanya bagi Allah semata. Telah
begitu banyak aib kita yang ditutup oleh Allah Ta’ala yang jika aib
tersebut dibuka, maka takkan ada orang yang mau bergaul, apalagi
mendengr dakwah kita. Bahkan di Yaumil Hisab pun Allah akan menutup aib
orang-orang yang menutupi aib saudaranya. Di hari At Taghobun, hari
ditampakkannya kesalahan kesalahan manusia.
Saudariku Fillah… Dengan
mentabayyun akan memperjelas semuanya. Jika kita keliru menilai saudara
kita, maka kita akan memperoleh keterangan yang jelas tentang keadaan
yang sebenarnya. Hati kita akan terasa lapang, dada menjadi plong dan
kita terhindar dari maksiat ghibah, namimah, tajassus dan berbagai
kemungkaran lainnya yang akan semakin membuat terpuruknya ummat ini .
Dalam QS. Al Hujurat ; 12 Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian
dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang
lain…”
Betapa indahnya ajaran Islam,
betapa nikmatnya hidup berislam. Ketenangan dan kedamaian akan mewarnai
hari-hari kita. Namun sayangnya belum banyak yang merasakan indahnya
hidup dalam naungan Islam.Masih banyak saudara kita yang mengaku muslim
namun berada jauh dari syariat Islam. Disinilah tugas kita. Mengajak
saudara kita yang lain untuk turut serta menikmati keindahan Islam ini,
demi terwujudnya Izzul Islam wal Muslimun.
Saudariku, marilah kembali kita
bergandengan tangan, merekatkan ukhuwah diantara kita. Membangun kembali
persaudaraan yang hampir retak. Berjalan bersama menuju cita-cita.
Meraih kebahagiaan dan keridhoan Allah. Jalan dakwah terbentang
dihadapan kita. Mari kita gapai kemenangan bersama. Betapa bahagianya
ketika melihat senyum kembali merekah, memancarkan sinar keikhlasan dari
hati yang saling memaafkan. Always smile Ukh ! , “senyummu kepada
saudaramu adalah shadaqah”. (Al Hadits).
Saudariku… Tak terasa waktu telah
beranjak meninggalkan pertengahan malam. Tiba saatnya bagi orang-orang
yang khusyuk dan Ikhlas tuk menghadap Sang Khaliq. Bermunajat dalam
dekapan malam, melantunkan bait-bait doa dan Istighfar. Melatih jiwa dan
hati tuk mencintai akhirat, negeri abadi. Semoga kita termasuk di
dalamnya. Semoga Allah Azza wa Jalla berkenan mengampuni dosa-dosa kita,
baik yang nampak maupun yang tersembunyi, baik yang kita sadari maupun
yang tidak. Betapa banyaknya kita melalaikannya, sementara waktu terus
berjalan. Hanya kepadaNyalah kembalinya segala urusan. Wallahu Waliyyut
Taufiq. Kuakhiri risalah untukmu, semoga bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya, Amiin.
Aamiin......... subhanallah.
BalasHapus